Pada hari Kamis, 5 Desember 2024 silam, Program Studi S2 dan S3 Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada menggelar Workshop Kurikulum. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara hybrid dengan beberapa tamu undangan hadir secara daring dan sebagian lainnya hadir secara luring. Kegiatan luring dilaksanakan di Hotel Lafayette Yogyakarta. Tamu undangan yang hadir terdiri atas para dosen, perwakilan alumni S2 PKP, perwakilan alumni S3 PKP, dan pengguna dari berbagai instansi.
Workshop ini penting untuk diselenggarakan mengingat adanya perubahan kurikulum yang akan berlaku di Semester Gasal 2024/2025. Sebelumnya, workshop kurikulum dilaksanakan di tingkat Sekolah Pascasarjana sehingga masing-masing program studi sudah memiliki konsep kurikulum yang baru. Tujuannya agar outcome dan output yang dihasilkan lebih maksimal dan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Rencananya, program pembelajaran tidak hanya dilakukan secara konvensional saja, namun juga sudah mulai merambah ke model pembelajaran ‘kekinian’ menggunakan sistem MOOC dengan skema 50% luring dan 50% daring. Dalam hal ini, mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih beberapa jalur, mulai dari jalur kurikulum reguler, kurikulum dengan mata kuliah wajib di prodi sendiri sehingga mata kuliah pilihan dapat diambil di beberapa tempat lain, atau kurikulum merdeka belajar dengan konversi SKS.
Materi dan kurikulum dalam perkuliahan perlu mempertimbangkan tantangan pembangunan, seperti: 1) perubahan sosial dan demografis, 2) teknologi dan modernisasi, 3) akses lahan, 4) keterbatasan infrastruktur, 5) kebijakan dan regulasi, 6) regenerasi dan degenerasi, 7) keterbatasan akses pendidikan dan modal, serta 8) proses interaksi sosial. Kurikulum baru yang disusun perlu menggunakan pendekatan Outcome-Based Education (OBE) yang memerhatikan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) dan fleksibilitas pembelajaran.Hal ini akan berpengaruh pada penentuan segmentasi calon mahasiswa baru, apakah akan berasal dari kalangan akademisi, pegawai pemerintahan, swasta, atau fresh graduate dari jenjang S1.
Saran untuk uji coba penggabungan kelas S2 dan S3 sepertinya dapat dipertimbangkan mengingat penerimaan materi pembelajaran dari mahasiswa pastinya akan berbeda karena karakter dan perilakunya juga berbeda. Dalam hal ini dapat juga diintegrasikan dengan teknologi digital seperti AI yang sebenarnya dapat disisipkan di lingkungan akademis. Tujuannya agar sisi etis dari penggunaan AI dalam pembelajaran tetap ada.
Penulis dan Reviewer: Tim Prodi PKP Pascasarjana UGM