• UGM
  • SPs UGM
  • Library
  • IT Center
  • Webmail
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi, Misi dan Tujuan
      • Program Magister
      • Program Doktor
    • Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
      • Tenaga Pendidik Program Magister
      • Tenaga Pendidik Program Doktor
      • Tenaga Kependidikan
    • Fasilitas
    • Laboratorium
    • Penerimaan Mahasiswa Baru
      • Prosedur Pendaftaran
      • Syarat Pendaftaran
      • Biaya Pendidikan
    • Rekognisi Akademis
  • Akademik
    • Program Magister
      • Profil Lulusan Program Magister
      • Capaian Pembelajaran Lulusan
      • Peta Kurikulum
      • Mata Kuliah
      • Modul Pegangan Mata Kuliah
      • Seminar Proposal
      • Ujian Komprehensif
      • Seminar Hasil
      • Ujian Tesis
    • Program Doktor
      • Profil Lulusan
      • Capaian Pembelajaran Lulusan
      • Peta Kurikulum
      • Mata Kuliah
      • Modul Pegangan Mata Kuliah
      • Seminar Proposal
      • Ujian Komprehensif
      • Seminar Hasil
      • Ujian Disertasi
    • Kalender Akademik
    • Panduan Akademik
    • Perpustakaan
    • ELOK (e-Learning: Open for Knowledge Sharing)
    • SIMASTER
  • Penelitian
    • Publikasi
    • Kelompok Penelitian
  • Pengabdian
    • Pengabdian kepada Masyarakat
  • Kemahasiswaan & Alumni
    • Prestasi Mahasiswa
    • Informasi Beasiswa
    • Alumni
    • KAGAMA
    • Lowongan Pekerjaan
    • Tracer Study
  • Kontak
  • Unduh
    • Dokumen Akreditasi S2
    • Dokumen Akreditasi S3
  • Beranda
  • Berita
  • Kontribusi Penyuluhan Agama Islam (Dakwah) dalam Pembangunan Spiritual Masyarakat

Kontribusi Penyuluhan Agama Islam (Dakwah) dalam Pembangunan Spiritual Masyarakat

  • Berita, Howdy SDGs!
  • 30 September 2025, 11.33
  • Oleh: pkp.pasca
  • 0

Selama ini banyak orang mengira fokus pembangunan hanya urusan infrastruktur: jalan raya yang lebar, gedung kantor yang megah, komunikasi melalui jaringan internet, dan berbagai produk cangggih teknologi. Padahal, apa artinya semua itu jika manusia yang menggunakannya rapuh moralnya? Jalan mulus tapi dipenuhi pengendara yang ugal-ugalan. Gedung-gedung megah tapi diisi pejabat korup atau kongkalikong dengan mafia sumber daya alam dan peradilan. Lebih parah lagi, petinggi lembaga agama justru pelanggar aturan agama atau petinggi lembaga pendidikan yang justru memberi contoh tak mendidik. Jika pembangunan yang hanya mengejar fisik tanpa memperhatikan manusia-manusia pengelolanya, cepat atau lambat semua itu akan runtuh dan sia-sia. Oleh karena itu dakwah Islam mengambil salah satu peran penting: membangun manusia, memelihara dan merawat moralnya, bukan hanya bangunan.

Coba bayangkan, berapa besar kerugian negara karena korupsi setiap tahunnya? Ratusan bahkan ribuan triliun rupiah yang seharusnya bisa digunakan untuk memberi beasiswa anak-anak sekolah dan kuliah, pupuk untuk petani, subsidi untuk nelayan, modal bagi pengusaha UMKM, membangun perumahan rakyat, menyediakan lapangan kerja, dan pelayanan kesehatan masyarakat raib dari neraca rencana kemakmuran rakyat, melayang, dan mengalir deras ke kantong pesohor-pesohor bengis kekuasaan dan pebisnis jahat. Itu semua bukan semata-mata karena sistem yang lemah, tapi karena moral yang bobrok dan tidak berperikemanusiaan. Kemelataran rakyat yang memicu beragam kejahatan, tindakan ekses tak logis dan asosial, hingga perilaku biadab bisa saja mempunyai koneksi kausa dengan kebejatan mereka. Dakwah Islam hadir untuk mengingatkan: kejujuran dan nurani kepedulian itu bukan pilihan, melainkan harga mati. Amanah dan amal bukan slogan, tapi kewajiban. Jika nilai-nilai ini benar-benar dihidupkan, pembangunan negeri ini tidak akan terhambat, tak gembos di tengah jalan dan sampai ke tujuan. Ingat, kalau di alam dunia ini para perampok uang rakyat itu mungkin saja bisa lepas dari pengadilan manusia, tapi tidak seorangpun bakal luput dari pengadilan Allah.

Dalam Islam, perekonomiannya dilakukan melalui zakat, infak, sedekah, hibah, mudharabah, wakaf, musyarakah, dan lain sebagainya. Hal itu bukan sekadar ibadah individual maupun kolektif semata. K.H. Dr. H. Muhammad Kholili menyampaikan bahwa itu semua sebenarnya adalah bagian dari sebuah model sistem sosial yang luar biasa kuat dalam hal ekonomi umat. Bahkan dari zakat bisa lahir sekolah gratis, klinik kesehatan, pemenuhan gizi bayi dan ibu menyusui, usaha kecil untuk keluarga miskin, hingga bantuan bencana dan kemanusiaan. Dari wakaf bisa melahirkan rumah sakit dan universitas.

Kalau potensi zakat umat Islam di Indonesia benar-benar dikelola secara profesional, kita tidak perlu terlalu bergantung pada utang luar negeri untuk membangun bangsa. Di sisi lain, manusia pengelolanya harus bekerja serius dan mentaati aturan-aturan yang ada. Jangan berperilaku curang. Tanpa manusia sebagai sumber daya yang cerdas dan berkarakter mulia, pembangunan hanyalah proyek mercusuar: indah dilihat, tapi rapuh di dalam.

Dakwah Islam sendiri telah lama menyatu dengan dunia pendidikan. Pesantren dan madrasah sebagai lembaga pendidikan berbasis keislaman bukan hanya mencetak ahli agama dan guru ngaji, tapi juga pejuang kemerdekaan dan tokoh bangsa. Jangan lupa, bahwa pendidikan yang lahir dari semangat dakwah Islam inilah yang melahirkan manusia-manusia tangguh, bukan sekadar pekerja, tapi pemimpin dengan visi dan misi pembangunan masyarakat yang madani. Sebut saja K.H. Hasyim Asy’ari, Pahlawan Nasional yang mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Muhammadiyah, Haji Agus Salim hingga Muhammad Natsir adalah diplomat yang ulung.

Beberapa alumnus Universitas Gadjah Mada yang juga berlatar belakang Pendidikan madrasah dan pesantren juga menyumbangkan generasi brilian untuk membangun bangsa, antara lain Abdul Muhaimin Iskandar atau biasa disapa Cak Imin yang didapuk oleh Presiden Prabowo dalam kabinet Merah Putih sebagai Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Mahfud M.D. yang mengenyam pendidikan S1, S2, dan S3-nya di almamater yang sama setelah sebelumnya lama ‘dikurung di penjara suci’ Al-Mardhiyyah dan Somber Lagah pimpinan Kyai Mardhiyyan di Tagangser Laok. Dari sini sangat wajar jika kemudian terjalin kolaborasi yang harmonis antara perguruan tinggi UGM dan lembaga pendidikan pesantren, seperti yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian UGM dalam implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, salah satunya di bidang pengabdian masyarakat di mana Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerja Sama dengan Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) merencanakan kerja sama Fakultas Pertanian UGM dalam bentuk pendampingan untuk peningkatan ekonomi yang diikuti oleh Sembilan pesantren yaitu: Pesantren Madania, Pesantren Al Mumtaz, Pesantren Al Imdad, Pesantren Darul Qur’an, Pesantren Nurul Ummah, Pesantren Ali Maksum, Pesantren Wahid Hasyim, Pesantren Al Hikmah, dan Pesantren As Salafiyah. Salah satunya adalah Pesantren Madania Bantul yang telah berhasil membudidayakan melon premium dalam greenhouse dengan pendampingan intensif dari Tim Pengabdian dari Fakultas Pertanian UGM. Ini adalah agenda strategis dalam usaha mencapai tujuan SDG 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 5: Kesetaraan Gender, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Tidak ketinggalan Fakultas Kehutanan UGM tanggal 20 Agustus 2025 juga mengadakan kerjasama dengan pendidikan pesantren, lewat penandatanganan nota kesepakatan dan kerja sama strategis dengan EcoPesantren Pondok Pesantren Gadingmangu tentang “Pendidikan, Pelatihan, Pengabdian kepada Masyarakat, serta Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”. Dalam kesempatan ini Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Ir. Sigit Sunarta, S.Hut., M.P., M.Sc., Ph.D., IPU dalam sambutannya menyatakan bahwa “Pesantren adalah pusat pembentukan karakter luhur generasi muda. Dengan kolaborasi ini, kami ingin menghadirkan program pendidikan, pelatihan, dan pengabdian masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan lingkungan.” Hal ini sejalan dengan misi dakwah Islam yang tidak hanya untuk mengajak bertauhid ke pada Allah SWT dan berakhlak mulia tapi juga berupaya agar umatnya terampil dan pandai mengolah alam dan tetap ramah pada lingkungan, tidak merusak alam, dan menolak serakah. Pembangunan sejati bukanlah mengorbankan alam tapi yang bisa berjalan selaras berdampingan. Seluruh elemen bangsa harus bahu-membahu menyokong kelestarian lingkungan. Dakwah Islam mengajarkan agar pembangunan mampu untuk mencegah warisan kehancuran kepada generasi mendatang. Hal ini tertuang dalam Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 205:

وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ
(Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kehancuran).

Islam juga mengajarkan agar manusia harus pandai bersyukur. Penghidupan manusia akan selalu bersandar dengan dan mengambil kemanfaatan dari alam. Sektor pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, aneka hasil hutan adalah perantara rezeki dari Allah SWT.  Jadi dakwah Islam itu sebenarnya maknanya sangat luas, semua elemen masyarakat dapat ikut andil di dalamnya dan pasti bernilai ibadah. Apapun bidang dan profesinya, tidak harus disampaikan oleh kaum berjubah gamis, bersorban, dan fasih berdalil, tapi seorang insinyur dengan helm proyek, sepatu dan seragam lapangannya pun, selama tertanam niat dalam hati dan pikirannya untuk menggugah dan mengajak kepada kebaikan serta kemaslahatan, itu adalah dakwah Islam in many ways. Dr. H. Roso Witjaksono, menyatakan bahwa dengan memberikan tauladan yang terpuji juga merupakan dakwah Islam yang bisa berdampak luar biasa bagi perubahan perilaku dan sikap seseorang.

Gedung bisa kita bangun, jalan bisa kita aspal dan perlebar, teknologi artificial intelligence bisa bantu kita menyelesaikan banyak hal. Tapi tanpa etika dan moral manusia pengunanya, tanpa nurani kepedulian, tanpa perikemanusiaan, dan tanpa kesadaran untuk tetap menjaga dan merawat bumi, semua itu menjadi tak berguna. Dakwah Islam bukan sekadar ceramah di mimbar dan memegang kitab suci. Dakwah Islam bukan saja berdenyut dalam kajian tauhid, fiqih, dan tasawwuf, tapi juga di berbagai lintas keilmuan dan program kegiatan yang mungkin saja terlihat sekadar urusan keduniawian, juga oleh da’i (pendakwah) yang tak selalu dipanggil ustadz atau kyai.

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Universitas Gadjah Mada

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA
Jl. Teknika Utara, Pogung Yogyakarta – 5581
Telp : (0274) 544975, 564239 Fax : (0274) 547861, 564239
  pkp.pasca@ugm.ac.id
  @pkp.pasca.ugm
  +628112630752

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY