Keluarga menjadi pondasi dan pilar penyangga suatu bangsa, apabila keluarga berkualitas maka dapat dipastikan akan terwujud bangsa yang berkualitas, karena dari keluarga akan dihasilkan sumberdaya manusia berkualitas (Puspitawati, 2017). Oleh karenanya, membangunan keluarga menjadi isu penting dan perlu mendapat perhatian suatu negara. Sayangnya, belum banyak keluarga yang memiliki kesadaran menanamkan fungsi keluarga. Data Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) 2018 menunjukkan bahwa, hanya 38% keluarga saja yang memiliki pemahaman dan kesadaran mengenai fungsi keluarga. Perempuan milennial, sebagai bagian dari keluarga memiliki peran yang esensial di satu sisi, di sisi yang lain gempuran teknologi tidak dapat dielakkan, sehingga sangatlah penting perempuan milenial memiliki kecerdasan digital karena berperan sebagai sumber informasi bagi keluarga (Veranita, 2023). Di sisi yang lain lagi SDGs mengangkat isu ini dengan jelas, khususnya utk tujuan 1,3, dan 5. Oleh karena itu tim peneliti Prodi PKP UGM mengangkat aspek perempuan milenial dan kesejateraan keluarga (mendukung SDGs 3).
Pascasarjana UGM
Di era saat ini, komunikasi pembangunan sudah berkembang dengan sangat pesat. Komunikasi pembangunan merupakan diskursus baru yang ada di Indonesia. Awal mulanya, kajian tentang komunikasi pembangunan masih terintegrasi dalam rumpun ilmu komunikasi. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan diselenggarakannya Kuliah Tamu dengan tema “Komunikasi Pembangunan” oleh Program Studi Magister dan Doktor Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 November 2024 di Ruang Sidang A Lantai 5 menghadirkan dua narasumber kompeten. Beliau adalah Drs. Zulkarimien Nasution, M.Sc., yang merupakan dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia sekaligus penulis buku-buku bidang komunikasi serta Hazairin Pohan, S.H., M.A., yang merupakan mantan Duta Besar Polandia. Adanya diskusi yang mengalir menjadi sarana yang sangat baik dalam bertukar pandangan, perspektif, dan menjadi refleksi seputar posisi Indonesia dalam hubungan Internasional.
Salah satu mahasiswa magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan Universitas Gadjah Mada, Nabila Qurrota Aini, menjadi pembicara dalam Webinar “Islamic Philanthropy in Indonesia”. Acara tersebut diadakan pada tanggal 10 November 2024 di Vishwaneedam Center for Asian Blossoming and Madras Institute of Development Studies, Chennai. Selain Nabila, terdapat dua narasumber lain, yaitu Syamsul Ardiansyah dari Dompet Dhuafa dan Dr. A. Osman Farah dari Copenhagen University, Denmark. Acara ini dipandu oleh Prof. Ananta Kumar Giri dari Vishwaneedam Center for Asian Blossoming and Madras Institute of Development Studies. Isu mengenai peran filantropi islam terhadap program pembangunan berkelanjutan di Indonesia menjadi topik hangat yang didiskusikan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencanangkan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 17 tentang Zero Hunger atau tanpa kelaparan. Ditargetkan pada tahun 2030 esok dapat tercapai dengan menuntaskan kelaparan, terciptanya ketahanan pangan, dan gizi yang membaik bagi seluruh masyarakat. Di skala nasional, angka kelaparan sudah ada kemajuan sedikit demi sedikit. Data dari Global Hunger Index (GHI) menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat 73 dari 116 negara dan berada di kategori “serius” tahun 2021 lalu. Selama dua dekade terakhir, jumlah penduduk Indonesia yang kurang gizi memang mengalami penurunan, tetapi masih terdapat 28% anak dengan BB rendah dan 37% balita stunting. Isu tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor pendidikan yang rendah, kondisi perekonomian yang tergolong miskin, bahkan dipengaruhi juga oleh alih fungsi lahan yang berdampak pada ketahanan pangan nasional.
Salah satu masalah lingkungan terbesar yang dihadapi dunia saat ini adalah sampah. Setiap tahun, jutaan ton sampah dihasilkan dan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan akhir atau bahkan mencemari laut dan ekosistem. Dampak dari limbah ini tak hanya dirasakan oleh lingkungan, tetapi juga kesehatan manusia serta kehidupan satwa. Seiring dengan meningkatnya populasi dan konsumsi, tantangan ini semakin mendesak untuk diatasi.
Namun, seberapa besar peran kita dalam masalah ini? Dan apa solusi yang bisa diterapkan secara efektif untuk mengurangi krisis sampah global? Isu sampah sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada tujuan ke-11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), tujuan ke-12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta tujuan ke-14 (Ekosistem Lautan). Pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan menjadi krusial untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Namun, sebelum kita bicara tentang solusi, penting untuk memahami berbagai penyebab sampah yang terus meningkat setiap tahunnya.
Belum optimalnya pengelolaan sektor pertanian di perdesaan menjadi tantangan bagi petani dan stakeholders. Selama kurun waktu 2013-2023 jumlah usaha pertanian mengalami penurunan yaitu sebesar 2,35 juta unit atau sekitar 7,42 persen (Sensus Pertanian, 2023). Jumlah petani gurem di Kabupaten Sleman sangat tinggi, mencapai 93,60%. Hal ini menjadi faktor penghambat juga bagi petani untuk bisa efisien dalam mengelola usaha pertaniannya. Jumlah lahan yang semakin kecil karena sistem budaya warisan dan adanya fragmentasi lahan menjadi kompleksitas masalah tersendiri. Penyusutan lahan memang tidak bisa dihindari, itulah sebabnya dibutuhkan inovasi dan pemanfaatan teknologi untuk optimalisasi lahan yang sudah ada agar produktivitas tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, tantangan sektor pertanian yaitu keterbatasan kapasitas menejemen, tingkat adopsi inovasi petani generasi tua dan lemahnya kelembagaan, selain itu rendahnya minat generasi muda menekuni sektor pertanian juga menjadi tantangan tersendiri (Rahimi-Feyzabad et al., 2020; Safe’i et al., 2022). Generasi muda yaitu milenial dan post milenial memiliki potensi dan memainkan peran penting bagi adopsi inovasi karena generasi muda lebih peka dan terampil memanfaatkan teknologi (Dixit et al., 2023; Timsina et al., 2023). Daya saing dan pengembangan pertanian di perdesaan harapannya akan tercapai jika ada perbaikan manajemen dan pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan pertanian secara agribisnis dari hulu sampai hilir serta memberikan nilai tambah pada produk olahan pertanian (Faqih et al., 2020).
Di tengah carut marut tantangan global seperti perubahan iklim, peningkatan populasi, dan konflik geopolitik yang memanas, ketersediaan pangan timbul menjadi isu krusial. Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sekelompok generasi muda petani telah mengambil peran penting dalam menjaga ketahanan pangan. Forum Komunikasi Petani Milenial Sleman, dengan semangat inovatif dan kepedulian terhadap lingkungan, telah membuktikan bahwa pertanian tidak hanya sekedar pekerjaan, tetapi juga sebuah gerakan untuk masa depan yang lebih baik.
Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah yang menjadi lumbung pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini, sektor pertanian tengah digenjot pemerintah daerah Kabupaten Sleman dengan menggalakkan transformasi teknologi yang masif dan signifikan. Tentunya hal ini tidak terlepas dari peran aktif Forum Komunikasi Petani Milenial Sleman yang eksistensinya semakin menguat dalam mendorong adopsi teknologi pertanian modern.
Forum Komunikasi Petani Milenial Kabupaten Sleman resmi berdiri pada tahun 2022 dengan jumlah anggota yang cukup besar, yakni lebih dari seribu anggota. Dikukuhkan langsung oleh Bupati Sleman, forum ini memiliki struktur organisasi yang solid dan program kerja yang terarah. Dengan visi menjadi petani milenial yang maju, mandiri, dan modern, forum ini diharapkan dapat menjadi motor penggerak pertanian di Kabupaten Sleman.
Upaya mewujudkan tujuan pembangunan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4 tentang pendidikan bermutu sudah banyak dilakukan. Dalam poin ini difokuskan pada penjaminan kualitas pendidikan yang bermutu, inklusif, dan merata pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia agar dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat. Berbagai strategi dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen dan kebijakan yang diterapkan. Hal itu meliputi peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, peningkatan kualitas pendidik dan sarana pendukung pendidikan, peningkatan layanan pendidikan, serta memperkuat dan mengembangkan pendidikan karakter. Penerapan strategi tersebut diimplementasikan melalui program peningkatan kualitas dan akses pendidikan dari dasar dan menengah, peningkatan akses, kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi, peningkatan akses dan kualitas pendidikan anak usia dini dan masyarakat, rutin melakukan penilaian mutu satuan pendidikan, peningkatan kapasitas dosen, guru, dan tenaga kependidikan, penyediaan bantuan pendidikan, pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa, serta peningkatan kualitas kelembagaan, tata kelola, dan layanan pendidikan (Bappeda Jogja Provinsi, 2024).
______Yogyakarta (11/08/2023) Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan (PKP) Sekolah Pascasarjana UGM melaksanakan kegiatan Pra Pasca. Kegiatan ini dilaksanakan selama beberapa hari yakni dari tanggal 7-11 Agustus 2023 secara daring menggunakan platform zoom meeting. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi mahasiswa, baik mahasiswa Magister atau Doktoral terkait dasar-dasar keilmuan dalam prodi penyuluhan dan komunikasi pembangunan. Mengingat Prodi PKP merupakan program multidisiplin ilmu sehingga para mahasiswa yang menempuh pendidikan mayoritas dari latar pendidikan yang bervariasi, sehingga menyamakan persepsi terkait dasar keilmuan ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum terkait kegiatan pembelajaran nantinya.