Kabupaten Buton Utara merupakan daerah yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk plasma nutfah pangan seperti padi berwarna organik, ubi kayu dan jagung. Plasma nutfah ini memiliki peran strategis dalam mendukung kemandirian pangan melalui diversifikasi komoditas yang adaptif terhadap lingkungan setempat. Ketidakpahaman petani akan nilai strategis komoditas lokal yang mereka kelola menjadi tantangan utama dalam pelestariannya. Saat ini telah terjadi hilangnya beberapa varietas pada padi berwarna organik. Hilangnya plasma nutfah dapat mempengaruhi produksi pertanian, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan. Artikel ini mengulas pentingnya peran petani dalam mendukung keberlanjutan plasma nutfah pangan dan strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat peran tersebut.
SDGs 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
Di tengah arus modernisasi, Kampung Wisata Budaya Tenun di Kota Samarinda menjadi simbol
ketahanan budaya lokal. Sejak didirikan pada tahun 1668, kampung ini tidak hanya melestarikan tradisi
tenun, tetapi juga menjadi pusat pemberdayaan masyarakat dan penggerak perekonomian daerah. Penenun, yang memang adalah Perempuan memiliki peran vital dalam menjaga keberlanjutan warisan
budaya ini.
Kain tenun Samarinda dibuat dengan teknik tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Keahlian ini menjadi aset penting bagi para penenun untuk memberdayakan diri mereka, baik secara ekonomi maupun sosial. Meski sebagian besar penenun adalah wanita berusia di atas 40 tahun, mereka tetap gigih menjaga keberlanjutan tradisi ini. Dengan memanfaatkan benang sutra impor berkualitas tinggi, mereka menciptakan sarung Samarinda yang terkenal dengan kehalusannya dan menjadi kebanggaan Kalimantan Timur.
Sleman, 2023 – Lomba Tanam Timun Baby Bupati Sleman Cup 2023 telah sukses menyita perhatian dan meriahkan Kabupaten Sleman. Dengan diikutinya 51 Kelompok Wanita Tani (KWT) dari seluruh wilayah, acara ini menjadi panggung utama untuk merayakan kreativitas dan keterampilan dalam pertanian lokal.
Timun baby, varietas timun kecil yang dikenal dengan rasa segarnya menjadi bintang utama dalam lomba ini. Varietas ini menuntut teknik bercocok tanam yang spesifik, mulai dari pemilihan bibit hingga perawatan tanaman yang cermat. Lomba ini menguji keterampilan peserta dalam berbagai aspek, termasuk teknik pemupukan, pengendalian hama, dan pengelolaan air.
Salah satu masalah lingkungan terbesar yang dihadapi dunia saat ini adalah sampah. Setiap tahun, jutaan ton sampah dihasilkan dan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan akhir atau bahkan mencemari laut dan ekosistem. Dampak dari limbah ini tak hanya dirasakan oleh lingkungan, tetapi juga kesehatan manusia serta kehidupan satwa. Seiring dengan meningkatnya populasi dan konsumsi, tantangan ini semakin mendesak untuk diatasi.
Namun, seberapa besar peran kita dalam masalah ini? Dan apa solusi yang bisa diterapkan secara efektif untuk mengurangi krisis sampah global? Isu sampah sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada tujuan ke-11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), tujuan ke-12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta tujuan ke-14 (Ekosistem Lautan). Pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan menjadi krusial untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Namun, sebelum kita bicara tentang solusi, penting untuk memahami berbagai penyebab sampah yang terus meningkat setiap tahunnya.
Di tengah carut marut tantangan global seperti perubahan iklim, peningkatan populasi, dan konflik geopolitik yang memanas, ketersediaan pangan timbul menjadi isu krusial. Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sekelompok generasi muda petani telah mengambil peran penting dalam menjaga ketahanan pangan. Forum Komunikasi Petani Milenial Sleman, dengan semangat inovatif dan kepedulian terhadap lingkungan, telah membuktikan bahwa pertanian tidak hanya sekedar pekerjaan, tetapi juga sebuah gerakan untuk masa depan yang lebih baik.