• UGM
  • SPs UGM
  • Library
  • IT Center
  • Webmail
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi, Misi dan Tujuan
      • Program Magister
      • Program Doktor
    • Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
      • Tenaga Pendidik Program Magister
      • Tenaga Pendidik Program Doktor
      • Tenaga Kependidikan
    • Fasilitas
    • Laboratorium
    • Penerimaan Mahasiswa Baru
      • Prosedur Pendaftaran
      • Syarat Pendaftaran
      • Biaya Pendidikan
    • Rekognisi Akademis
  • Akademik
    • Program Magister
      • Profil Lulusan Program Magister
      • Capaian Pembelajaran Lulusan
      • Peta Kurikulum
      • Mata Kuliah
      • Modul Pegangan Mata Kuliah
      • Seminar Proposal
      • Ujian Komprehensif
      • Seminar Hasil
      • Ujian Tesis
    • Program Doktor
      • Profil Lulusan
      • Capaian Pembelajaran Lulusan
      • Peta Kurikulum
      • Mata Kuliah
      • Modul Pegangan Mata Kuliah
      • Seminar Proposal
      • Ujian Komprehensif
      • Seminar Hasil
      • Ujian Disertasi
    • Kalender Akademik
    • Panduan Akademik
    • Perpustakaan
    • ELOK (e-Learning: Open for Knowledge Sharing)
    • SIMASTER
  • Penelitian
    • Publikasi
    • Kelompok Penelitian
  • Pengabdian
    • Pengabdian kepada Masyarakat
  • Kemahasiswaan & Alumni
    • Prestasi Mahasiswa
    • Informasi Beasiswa
    • Alumni
    • KAGAMA
    • Lowongan Pekerjaan
    • Tracer Study
  • Kontak
  • Unduh
    • Dokumen Akreditasi S2
    • Dokumen Akreditasi S3
  • Beranda
  • Berita
  • Sensitivitas Gender Pada Seni Pertunjukan Rakyat Dalam Kacamata Komunikasi Pembangunan

Sensitivitas Gender Pada Seni Pertunjukan Rakyat Dalam Kacamata Komunikasi Pembangunan

  • Berita, Howdy SDGs!
  • 11 April 2025, 11.27
  • Oleh: pkp.pasca
  • 0

Tujuan pembangunan berkelanjutan khususnya poin nomor 5 (kesetaraan gender) tidak akan tercapai tanpa adanya komunikasi efektif untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat didalamnya. Salah satu caranya dapat dilakukan melalui pendekatan Theatre for Development (TfD) untuk membangkitkan partisipasi masyarakat. Sebagai medium komunikasi pembangunan, TfD didukung oleh adanya proximity dan kebutuhan hiburan yang bernuansa “lokal” sehingga menjadi modal awal untuk mensosialisasikan beragam isu pembangunan kepada masyarakat. Pendekatan TfD dalam masyarakat bisa dimanfaatkan untuk membedah sejarah budaya pada seni pertunjukan rakyat.

Dalam komunikasi pembangunan, sensitivitas gender penting untuk diperhatikan karena dapat mendorong representasi yang adil dan tidak stereotipikal dalam proses penyampaian pesan pembangunan. Terlebih, Indonesia merupakan negara dengan beragam kebudayaan dan adat istiadat masyarakatnya. Antara wilayah yang satu dengan yang lainnya tentu memiliki budaya dan adat istiadat khas yang berbeda. Perbedaan inilah yang memungkinkan adanya “guyonan” atau “dagelan” khusus yang terkadang dianggap hal biasa dan tidak penting, padahal berkaitan erat dengan nilai, norma, dan gender. Agar dapat dikembangkan dengan baik, perlu diketahui bahwa terdapat lima prinsip dalam pertunjukan rakyat, meliputi tidak mengandung unsur SARA dan pornoaksi, berbasis media dialog/monolog, bersifat menghibur, populer, dan relate atau masih relevan dengan kondisi saat ini.

Di wilayah Jawa Timur, terdapat pertunjukan rakyat Guyon Maton Cak Percil. Pertunjukan rakyat tersebut merupakan kelompok dagelan yang sedang populer dan banyak digemari oleh masyarakat. Tak jarang, pertunjukan rakyat tersebut juga menjadi media penghubung antara pemerintah daerah di Jawa Timur untuk menyampaikan pesan pembangunan kepada masyarakatnya. Pemanfaatan pertunjukan rakyat sebagai media komunikasi dilakukan karena tingginya antusiasme masyarakat untuk datang dan menonton. Tak hanya disaksikan secara tatap muka saja, penonton juga difasilitasi dengan tayangan live streaming melalui channel Youtube yang disiarkan dan disaksikan oleh ratusan ribu hingga jutaan penonton. Meski demikian, bisa jadi masih ada celah yang perlu dijaga agar tidak terjadi pelanggaran nilai, norma, ataupun gender dalam pertunjukan rakyat yang digelar.

Sensitivitas gender dalam hal ini berorientasi untuk menghindari adanya diskriminasi dengan menumbuhkan rasa hormat terhadap orang lain terlepas dari perbedaan gender yang ada. Pada konteks komunikasi pembangunan, sikap tersebut mendorong representasi yang adil dan tidak stereotipikal dalam penyampaian pesan pembangunan. Bahasa yang tidak diskriminatif dan sensitif gender, menjadikan gender relevan untuk komunikasi, dan tidak menampilkan gender jika memang tidak relevan untuk komunikasi menjadi suatu mandat penting yg seharusnya diinternalisasi dalam komunikasi pembangunan. Tujuannya, agar stakeholder yang berkaitan dapat memberikan perhatian terhadap perlunya menggunakan tata bahasa dan tata perilaku yang tidak bias.

 

Penulis dan Reviewer: Tim Prodi PKP Pascasarjana UGM
Sumber: Anik Mustika Rahayu (Mahasiswa Magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan) dalam Seminar Hasil Penelitian Mahasiswa S2 PKP UGM

Tags: Pascasarjana Pascasarjana UGM Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan SDGs sdgs 10: mengurangi ketimpangan SDGS 11: Kota dan Komunitas Berkelanjutan sdgs 5: kesetaraan gender

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Universitas Gadjah Mada

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA
Jl. Teknika Utara, Pogung Yogyakarta – 5581
Telp : (0274) 544975, 564239 Fax : (0274) 547861, 564239
  pkp.pasca@ugm.ac.id
  @pkp.pasca.ugm
  +628112630752

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju