Yogyakarta (19/02/2025) Fakultas Pertanian dan Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan (PKP) Sekolah Pascasarjana UGM bersama University of Passau Jerman, menggelar workshop sebagai rangkaian pembuka kegiatan kerja sama dalam bidang pertanian digital. Workshop yang mengusung topik “Peningkatan Adopsi Platform Lentera DESA pada Petani Milenial dan Penyuluh Pertanian di Indonesia (LenteraDigiEx)” dapat menjadi sarana diskusi dan membawa perspektif baru mengenai solusi digital untuk mendukung kegiatan pelatihan dan penyuluhan pertanian. Workshop ini memiliki peran strategis dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4, yakni Quality Education (Pendidikan Berkualitas). SDG 4 menekankan pentingnya pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua orang, termasuk dalam sektor pertanian.
Pascasarjana UGM
Kabupaten Buton Utara merupakan daerah yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk plasma nutfah pangan seperti padi berwarna organik, ubi kayu dan jagung. Plasma nutfah ini memiliki peran strategis dalam mendukung kemandirian pangan melalui diversifikasi komoditas yang adaptif terhadap lingkungan setempat. Ketidakpahaman petani akan nilai strategis komoditas lokal yang mereka kelola menjadi tantangan utama dalam pelestariannya. Saat ini telah terjadi hilangnya beberapa varietas pada padi berwarna organik. Hilangnya plasma nutfah dapat mempengaruhi produksi pertanian, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan. Artikel ini mengulas pentingnya peran petani dalam mendukung keberlanjutan plasma nutfah pangan dan strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat peran tersebut.
Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya hidup selaras dengan alam? Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, ada sekelompok masyarakat di Timor Barat yang masih menjaga hubungan sakral dengan alam. Mereka adalah Atoin Meto. Istilah “Atoin Meto” terdiri dari dua kata: Atoin yang berarti laki-laki atau manusia dan Meto yang bermakna kering. Dalam konteks ini, Atoin Meto merujuk pada penduduk atau manusia yang mendiami “tanah kering” atau “daratan” sesuai dengan karakteristik geografis Pulau Timor yang
cenderung kering selama musim kemarau (Middelkoop, 1982 dalam Ataupah H 2020; Silab, Kanahebi, and Bessie 1997). Dengan demikian, etnis Atoin Meto mengacu pada kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah daratan dengan kondisi lingkungan yang relatif kering. Suku ini hidup dengan mempraktikkan pertanian berkelanjutan melalui ritual dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun selama berabad-abad.
Di tengah arus modernisasi, Kampung Wisata Budaya Tenun di Kota Samarinda menjadi simbol
ketahanan budaya lokal. Sejak didirikan pada tahun 1668, kampung ini tidak hanya melestarikan tradisi
tenun, tetapi juga menjadi pusat pemberdayaan masyarakat dan penggerak perekonomian daerah. Penenun, yang memang adalah Perempuan memiliki peran vital dalam menjaga keberlanjutan warisan
budaya ini.
Kain tenun Samarinda dibuat dengan teknik tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Keahlian ini menjadi aset penting bagi para penenun untuk memberdayakan diri mereka, baik secara ekonomi maupun sosial. Meski sebagian besar penenun adalah wanita berusia di atas 40 tahun, mereka tetap gigih menjaga keberlanjutan tradisi ini. Dengan memanfaatkan benang sutra impor berkualitas tinggi, mereka menciptakan sarung Samarinda yang terkenal dengan kehalusannya dan menjadi kebanggaan Kalimantan Timur.
Air bersih merupakan sumber kehidupan yang esensial bagi seluruh makhluk hidup tanpa kecuali. Selain air bersih, sanitasi yang layak juga menjadi komponen krusial dalam kehidupan dan tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Kemudahan akses terhadap sumber daya ini tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Menurut Bank Dunia, masih ada sekitar 780 juta orang di seluruh dunia yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan lebih dari 2 milyar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. Terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi menjadi masalah serius yang berdampak besar pada kesehatan. Ketidakcukupan akses tersebut menyebabkan munculnya penyakit menular seperti diare yang jika tidak ditangani dengan baik dapat berujung pada kematian.
Kesehatan ekosistem laut menjadi hal krusial karena termasuk sumber kehidupan bagi milyaran orang dan berkontribusi dalam keseimbangan iklim global. Ekosistem laut sendiri terdiri atas berbagai unsur biotik (makhluk hidup) dan abiotik (komponen tidak hidup) yang saling berinteraksi. Laut tidak hanya menjadi penyedia sumber pangan dan hasil perikanan saja, namun juga menjadi penyerap polutan yang cukup vital bagi keberlangsungan hidup manusia. Hal ini berkaitan dengan tujuan global Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 14 tentang pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera.
Keluarga menjadi pondasi dan pilar penyangga suatu bangsa, apabila keluarga berkualitas maka dapat dipastikan akan terwujud bangsa yang berkualitas, karena dari keluarga akan dihasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (Puspitawati, 2017). Pembangunan keluarga sendiri menjadi isu penting dan perlu mendapat perhatian suatu negara. Walaupun demikian, belum banyak keluarga yang memiliki kesadaran menanamkan fungsi keluarga. Data Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) 2018 menunjukkan bahwa hanya 38% keluarga saja yang memiliki pemahaman dan kesadaran mengenai fungsi keluarga. Perempuan milennial, sebagai bagian dari keluarga memiliki peran yang esensial di satu sisi. Disisi lainnya, gempuran teknologi tidak dapat dielakkan sehingga sangatlah penting perempuan milenial memiliki kecerdasan digital karena berperan sebagai sumber informasi bagi keluarga (Veranita, 2023). Disisi yang lain lagi SDGs mengangkat isu ini dengan jelas, khususnya untuk tujuan 1, 3, dan 5. Berhubungan dengan hal tersebut, tim peneliti Prodi PKP UGM mengangkat aspek perempuan milenial dan kesejahteraan keluarga dalam rangka mendukung SDGs 3.
Yogyakarta (25/11/2024) Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan (PKP) Sekolah Pascasarjana UGM prodi S2/S3 melaksanakan kegiatan kuliah tamu bersama Prof. Dr. Ir. Gunawan, M. S., selaku peneliti terkemuka dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kuliah tamu bertema “Strategi Kolaborasi Penelitian dan Publikasi” kali ini membawa perspektif baru kolaborasi riset strategis dalam mendorong inovasi yang berdampak dan memperoleh pendanaan untuk riset. Beliau berbagi pengalaman dan wawasan berharga kepada mahasiswa Pascasarjana, pada kesempatan ini disampaikan juga bagaimana menjadi peneliti muda mampu mengadopsi berbagai strategi praktis untuk meraih keberhasilan.
Di era saat ini, komunikasi pembangunan sudah berkembang dengan sangat pesat. Komunikasi pembangunan merupakan diskursus baru yang ada di Indonesia. Awal mulanya, kajian tentang komunikasi pembangunan masih terintegrasi dalam rumpun ilmu komunikasi. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan diselenggarakannya Kuliah Tamu dengan tema “Komunikasi Pembangunan” oleh Program Studi Magister dan Doktor Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 November 2024 di Ruang Sidang A Lantai 5 menghadirkan dua narasumber kompeten. Beliau adalah Drs. Zulkarimien Nasution, M.Sc., yang merupakan dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia sekaligus penulis buku-buku bidang komunikasi serta Hazairin Pohan, S.H., M.A., yang merupakan mantan Duta Besar Polandia. Adanya diskusi yang mengalir menjadi sarana yang sangat baik dalam bertukar pandangan, perspektif, dan menjadi refleksi seputar posisi Indonesia dalam hubungan Internasional.
Yogyakarta (23/11/2024) Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan (PKP) Sekolah Pascasarjana UGM prodi S2/S3 melaksanakan kegiatan kuliah tamu bersama Drs. Zulkarimein Nasution, M.Sc. selaku penulis berbagai buku komunikasi terutama kajian pembangunan dan Hazairin Pohan, S.H., M.A selaku mantan Duta Besar (Dubes) Polandia. Kuliah tamu dengan tema “Visi Holistik untuk Masa Depan Indonesia: Menyeimbangkan Kemajuan Ekonomi dengan Pengambangan Berfokus pada Karater”, membawa perspektif baru bagaimana menjawab tantangan baru dalam melihat fenomena pembangunan hari ini, terutama dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.