Di era saat ini, komunikasi pembangunan sudah berkembang dengan sangat pesat. Komunikasi pembangunan merupakan diskursus baru yang ada di Indonesia. Awal mulanya, kajian tentang komunikasi pembangunan masih terintegrasi dalam rumpun ilmu komunikasi. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan diselenggarakannya Kuliah Tamu dengan tema “Komunikasi Pembangunan” oleh Program Studi Magister dan Doktor Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 November 2024 di Ruang Sidang A Lantai 5 menghadirkan dua narasumber kompeten. Beliau adalah Drs. Zulkarimien Nasution, M.Sc., yang merupakan dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia sekaligus penulis buku-buku bidang komunikasi serta Hazairin Pohan, S.H., M.A., yang merupakan mantan Duta Besar Polandia. Adanya diskusi yang mengalir menjadi sarana yang sangat baik dalam bertukar pandangan, perspektif, dan menjadi refleksi seputar posisi Indonesia dalam hubungan Internasional.
Selama masih ditemukan adanya kesenjangan sosial di Indonesia, maka kajian tentang komunikasi pembangunan pasti akan tetap relevan dengan perkembangan diskursus komunikasi yang ada. Faktanya, memang masih ada kesenjangan sosial seperti kemiskinan, keterbelakangan, maupun ketertinggalan di beberapa wilayah di Indonesia. Dikutip dari pendapat Zulkarimien bahwa pembangunan itu harus bersifat holistik, baik secara fisik, mental, ataupun spiritual. Kemajuan pembangunan sendiri jadi terhambat karena masih melekatnya sifat buruk masyarakat Indonesia yang cenderung tidak sabaran dan kurang jujur. Dari sinilah kemudian terbentuk perspektif bahwa sebenarnya kemewahan materi yang dimiliki tidak memiliki arti jika nilai-nilai moral yang ada sudah luntur dan melemah di masyarakat. Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa komunikasi pembangunan itu penting dan tidak hanya sekedar sarana transfer teknologi saja. Akan tetapi juga menjadi sarana pendekatan kepada masyarakat.
Membahas tentang komunikasi pembangunan erat kaitannya dengan hubungan diplomatik suatu negara. Hubungan diplomasi yang berjalan efektif memiliki urgensi yang tinggi karena dapat membantu tercapainya tujuan nasional. Hazairin berpendapat bahwa Indonesia sebenarnya sangat potensial menjadi penentu arah dinamika geopolitik di kawasan Asia Pasifik dalam skala global. Sembari memaksimalkan segala potensi yang ada, Indonesia juga perlu lebih proaktif dalam memanfaatkan pengaruh yang dimiliki untuk menciptakan perdamaian dunia yang lebih baik. Sebagai seorang diplomat, Hazairin menambahkan bahwa sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbesar, Indonesia memiliki peluang yang besar sebagai negara dengan kekuatan yang utama dalam dunia Islam. Disisi lain, Indonesia yang merupakan negara kepulauan juga memiliki potensi yang tidak kalah besar. Berbagai kearifan lokal dan budaya yang dimiliki dapat dimanfaatkan menjadi senjata dalam berkontribusi di ruang lingkup global. Didukung juga dengan dimulainya wajah baru Indonesia dengan pemerintahan yang baru, diharapkan Indonesia dapat lebih aktif di panggung dunia dan kembali melebarkan sayapnya sebagai pemimpin regional di kawasan ASEAN, bahkan dunia.
Penulis dan Reviewer: Tim Prodi PKP Pascasarjana UGM