
Keluarga merupakan struktur lapisan masyarakat terkecil dan yang utama. Pergeseran dalam dinamika keluarga karena adanya perubahan sosial memunculkan peran baru perempuan sebagai kepala keluarga. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2023) tentang Data Perempuan Kepala Keluarga berdasarkan Wilayah Tahun 2017 – 2023, perempuan yang menjadi kepala keluarga disebabkan oleh adanya adaptasi terhadap hasil dari dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berubah seiring berjalannya waktu. Fenomena tersebut memunculkan tantangan baru yaitu seringkali terdapat diskriminasi dalam pembangunan yang menyebabkan pengakuan terhadap hak dan kekuasaan perempuan sebagai kepala keluarga lebih terbatas jika dibandingkan dengan laki-laki.
Di era society 5.0 ini, idealnya lebih peka untuk mendorong adanya inklusi bagi perempuan sebagai kepala keluarga. Tujuannya agar peran yang dimainkan dapat lebih maksimal dan berdampak pada inovasi teknologi berkelanjutan. Namun pada kenyataannya, keterlibatan perempuan dalam ruang siber dan pengembangan teknologi berkelanjutan masih belum optimal. Ketimpangan pemanfaatan ruang siber dan media digital antara perempuan dan laki-laki masih terdapat ketimpangan. Hal ini ditunjukkan oleh data dari We Are Social (2023) tentang penggunaan media digital dengan hasil persentase perempuan hanya 46,8% sedangkan laki-laki sebesar 53,2%.
Pemanfaatan ruang siber di era society 5.0 ini memiliki peluang dan potensi yang baik. Dalam bidang pendidikan dan informasi, ruang siber dapat memberikan akses informasi pendidikan secara mudah kepada setiap masyarakat yang mengaksesnya. Dalam pemberdayaan ekonomi dan keuangan, ruang siber memiliki peluang dan potensi yang berbanding lurus, dimana jika semakin banyak orang yang mengakses internet maka semakin banyak pula ide-ide kreatif. Adanya ide kreatif tersebut yang membantu orang lain untuk lebih mencari informasi mengenai literasi keuangan, layanan keuangan inklusif, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. Dalam bidang pemberdayaan sosial dan kesehatan, keberadaan ruang siber menjadi jalan pembuka untuk terus meningkatkan akses kesehatan, layanan kesehatan, dan edukasi yang kuat. Dalam bidang advokasi dan kampanye, ruang siber mempermudah kegiatan promosi dengan jangkauan khalayak yang lebih besar. Kegiatan tersebut dapat dimaksimalkan melalui situs website, platform media sosial, dan berbagai teknologi digital lainnya.
Pemanfaatan ruang siber dapat mendukung perempuan dan media baru di era society 5.0. Hal itu didorong oleh beberapa faktor, yaitu peluang dan akses terhadap internet dan teknologi, motivasi dan dukungan jaringan sosial, adanya e-commerce dan media sosial, serta kebijakan dan regulasi pemerintah. Disisi lain juga terdapat faktor penghambatnya, yaitu diskriminasi dan kesenjangan digital, beban kerja dan tanggung jawab ganda, keterbatasan sumber daya, dan ketidakamanan siber.
Penulis: Sylvia Maharany (Mahasiswa Magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan)
Editor dan Reviewer: Tim Prodi PKP Pascasarjana UGM
Sumber: Seminar Hasil Penelitian Mahasiswa S2 PKP UGM