Dalam satu dekade terakhir, kemunculan ojek online dan layanan pesan-antar makanan telah mengubah pola hidup masyarakat Indonesia secara signifikan. Dari sekadar alat transportasi, ojek online kini menjelma menjadi bagian dari ekosistem ekonomi digital yang kompleks, melibatkan jutaan pengemudi, pelaku usaha mikro, hingga konsumen dari berbagai lapisan sosial. Fenomena ini tidak hanya merepresentasikan kemajuan teknologi informasi, tetapi juga menggambarkan dinamika pergeseran sosial-ekonomi baru yang erat kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Dalam konteks SDGs, keberadaan ojek online berkontribusi langsung terhadap pencapaian SDG 1: Tanpa Kemiskinan, karena membuka peluang kerja bagi masyarakat berpenghasilan rendah tanpa syarat modal besar. Banyak individu yang sebelumnya menganggur kini memiliki penghasilan yang relatif stabil sebagai mitra pengemudi. Program ini juga berkaitan dengan SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, karena ekonomi digital berbasis ojek online dan layanan makanan daring menciptakan jutaan lapangan kerja fleksibel serta membuka pasar baru bagi UMKM kuliner. Selain itu, melalui inovasi aplikasi dan sistem pembayaran digital, ojek online mendukung SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, dengan menghadirkan teknologi cerdas yang meningkatkan efisiensi transportasi dan logistik di perkotaan. Layanan pesan-antar makanan online pun memberi kontribusi terhadap SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan. Dengan meminimalkan kebutuhan masyarakat untuk bepergian, layanan ini berpotensi mengurangi kemacetan dan emisi karbon, terutama jika diiringi penggunaan kendaraan listrik atau sistem pengantaran hemat energi. Namun, perkembangan ini juga menimbulkan tantangan baru terhadap SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, karena meningkatnya penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Oleh sebab itu, inovasi ramah lingkungan seperti penggunaan kemasan biodegradable atau sistem pengumpulan kembali wadah makanan menjadi langkah penting menuju keberlanjutan.
Secara sosial, ekosistem ojek online turut berperan dalam mendukung SDG 5: Kesetaraan Gender, karena memberikan peluang ekonomi yang setara bagi perempuan. Banyak perempuan kini menjadi pengemudi maupun pemilik usaha kuliner daring, sehingga memperoleh kemandirian ekonomi yang sebelumnya terbatas. Di sisi lain, ekosistem ini juga mendorong peningkatan literasi digital dan inklusi keuangan, karena para mitra pengemudi dan pelaku UMKM dituntut untuk menguasai teknologi, memahami sistem pembayaran digital, serta belajar strategi pemasaran daring. Dengan demikian, ekonomi digital berbasis platform telah menjadi sarana pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang lebih adaptif dan berdaya.

Meski memiliki banyak manfaat, ojek online dan layanan makanan daring juga menghadapi berbagai tantangan. Status pengemudi sebagai “mitra” membuat mereka tidak mendapatkan perlindungan sosial layaknya pekerja formal. Pendapatan yang tidak pasti, jam kerja panjang, dan tekanan psikologis akibat sistem penilaian berbasis rating menjadi persoalan kesejahteraan baru di era digital. Selain itu, masalah lingkungan akibat limbah plastik dari layanan makanan daring perlu mendapat perhatian serius. Ketimpangan digital juga menjadi hambatan, karena tidak semua daerah di Indonesia memiliki akses internet yang merata, sehingga manfaat ekonomi digital belum dirasakan secara inklusif.
Untuk menjawab berbagai tantangan tersebut, dibutuhkan solusi komprehensif. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang melindungi pekerja ekonomi digital melalui skema asuransi kesehatan, pelatihan keterampilan, dan jaminan sosial adaptif. Di sisi lain, perusahaan penyedia layanan dapat berinovasi dengan mengadopsi teknologi hijau, seperti kendaraan listrik dan kemasan ramah lingkungan. Pelatihan literasi digital juga penting agar para mitra dan pelaku UMKM mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi sekaligus meningkatkan daya saing usaha mereka. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, perusahaan, akademisi, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam membangun ekosistem ojek online yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Pada akhirnya, ojek online dan layanan makanan daring bukan sekadar simbol modernisasi gaya hidup, tetapi juga cermin dari transformasi sosial dan ekonomi yang mendukung pencapaian SDGs. Jika dikelola dengan prinsip keberlanjutan dan keadilan, platform digital ini dapat menjadi instrumen nyata untuk menekan kemiskinan, memperluas akses pekerjaan, serta menjaga keseimbangan lingkungan. Dengan inovasi yang bertanggung jawab dan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan bersama, ojek online dapat menjadi bukan hanya alat mobilitas, tetapi juga kendaraan menuju masa depan Indonesia yang lebih adil, hijau, dan berkelanjutan.
Penulis dan Reviewer: Tim Prodi PKP Pascasarjana UGM