
Indonesia kini menjadi pemasok penting 9% produksi kopi di dunia rerata 700 ribu ton per tahun setelah produsen Brasilia dan Vietnam (worldstatistic.net, 2024). Problematika negara-negara produsen kopi terkadang serupa namun juga dapat berbeda dan spesifik. Karakteristik identik dari Sumatra, Jawa hingga Papua mempromosikan tradisi minum kopi, gaya hidup hingga bisnis. Gelombang kopi dalam perspektif SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan mentransformasi kompleksitas masyarakat hari ini dari berbagai pemangku kepentingan kopi. Tidak hanya rantai mata pencaharian petani kopi, tetapi juga industri pemroses hingga pemasaran, infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja hingga produksi dan konsumsi dituntut untuk ramah lingkungan.
Dinamika masyarakat hari ini semakin kompleks ditengah beragam isu perubahan lingkungan. Bukan hanya lingkungan alam seperti perubahan iklim, melainkan juga interaksi sosial, covid-19, perang, berita palsu, hingga perkembangan berbagai teknologi yang mendorong setiap pemangku kepentingan kopi untuk merespon dan beradaptasi. Pada titik inilah isu peran komunikasi baru menjadi penentu bagaimana seharusnya respon dan adaptasi terhadap lingkungan yang bergerak dinamis itu sebaiknya dilakukan. Bagaimana komunikasi pertanian transformatif dalam ekosistem kopi Indonesia? Nilai-nilai apa yang dibangun untuk menjadi daya dukung menarik dan mendorong perubahan positif.
Komunikasi Sebagai Jantung Sistem Sosial
Seorang sosiolog Jerman terkemuka abad 21 bernama Niklas Lumann mengritik pandangan mengenai pemahaman tentang komunikasi. Fenomena masyarakat kontemporer yang berkembang saat ini akan sulit dijelaskan apalagi dipetakan secara holistik jika hanya bersandar pada pemahaman lama berkomunikasi. Pemaknaan sebagai proses pengiriman pesan, aktor penyampai pesan kepada pihak lain, sampai teknik maupun strategi berkomunikasi saat ini tidak memadai. Dibanding makna transmisi pesan, beliau menyarankan pemaknaan yang berbeda bahwa komunikasi merupakan pemrosesan yang sistemik. Komunikasi adalah proses seleksi atas informasi, ujaran, dan pemahaman. Ketiga elemen ini merupakan integrasi bukan sekedar mencapai kesepahaman tetapi juga membuka kemungkinan pemahaman atas perbedaan dan resiko salah paham, tidak paham hingga konflik yang mendorong perubahan untuk beradaptasi.
Sebagai inti dari sistem sosial (politik, ekonomi, religi, pendidikan, seni, media dan sebagainya) komunikasi tidak hanya mengenai hubungan antar sistem dan bagian-bagiannya yang dipandang harus stabil, atau hubungan seimbang sistem dengan lingkungannya semata. Komunikasi dalam perspektif kekinian dikaitkan dengan sistem referensi diri atau merujuk pada keberlangsungan hidup sistem itu sendiri. Oleh karenanya, basis ekosistem kopi yang dimulai dari sistem pertanian kopi dapat dideteksi melalui prinsip-prinsip tumbuh kembang positif secara terus menerus, diantaranya:
- Berkomunikasi dengan nilai unggul dan identitas lokalnya yang telah beradaptasi dan proses pembelajaran sosial dalam jangka panjang
- Mengutamakan potensi dan performa sumber daya internal
- Mengandalkan kolaborasi sebagai modal dan energi sosialnya
- Bersikap terbuka saat dibutuhkan sumber daya eksternal
Ekosistem Kopi Semakin Peka untuk Beradaptasi
Perubahan komunikasi yang terjadi di salah satu pemangku kepentingan dapat mempengaruhi keseluruhan didalam ekosistem kopi yang mempengaruhi juga praktik dan keberlanjutan aspek-aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan alam. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut memiliki peran berjejaring penting yang dalam berjalannya sistem rantai produksi hingga konsumsi kopi.
Pertama, adalah pihak-pihak yang berkepentingan langsung terhadap kelangsungan kopi yaitu komunitas petani kopi yang kerap terdampak langsung bila terdapat lingkungan iklim yang berubah, kompetisi dan standar harga pasar, maupun kondisi di lapangan pertaniannya. Kelompok dan organisasi kopi, penyangrai biji kopi (roaster), penjual ritel kopi (coffeeshop), pelanggan, konsumen, pemerintah dengan peraturannya, organisasi perangkat daerah dengan kebijakannya, eksportir, peneliti hingga akademisi yang mempelajari trend maupun isu keberlanjutannya untuk dipublikasikan. Kedua, adalah para pihak yang memiliki kuasa dan kebijakan serta berbagai permodalan yang mendukung seperti investor, lembaga keuangan, perusahaan kopi bersaham publik, berbagai kelompok usaha kopi bertujuan profit dan para pemilik modal mesin-mesin teknologi inovasi pemroses kopi.
Lingkungan yang berubah berimplikasi pada ekspresi ekosistem kopi para pemangku kepentingan utama yang merespon dan beradaptasi secara terus menerus. Kompleksitas komunikasi pertanian transformatif dipandang dapat menciptakan kepekaan beradaptasi para pemangku kepentingan menghadapi tantangan lingkungan global yang terus berevolusi sepanjang waktu. Bagi suatu sistem pertanian transformatif, khususnya bagi pemangku kopi di tingkat hulu yang tidak lagi selalu dibatasi oleh sekat-sekat wilayah dapat lebih memiliki kemampuan menyederhanakan kompleksitas lingkungannya dan menghidupi dirinya sendiri secara otonom. Di saat yang sama bersifat terbuka jika ada hal-hal dari lingkungan yang dapat bergua bagi pertumbuhan dan perkembangan sistem pertanian kopinya.
Penulis: Agustinus Dicky Prastomo (Mahasiswa Program Doktor S3 Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada)
Reviewer: Tim Prodi PKP Pascasarjana UGM