___Yogyakarta (06/06/2024) Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan (PKP) Sekolah Pascasarjana UGM prodi S2/S3 bersama prodi S1 Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian melaksanakan kegiatan kuliah tamu bersama A/Prof. Alexie Papanicolaou dari Hawkesbury Institute of the Environment, Western Sydney University. Kuliah tamu yang diangkat bertemakan “Social Change: Digital Agriculture and the Spread of Innovation in Modern Society”. Tema tersebut memberikan gambaran penerapan teknologi digital pada sektor pertanian yang akan mempengaruhi terhadap perubahan sosial masyarakat pertanian. Teknologi digital dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas masyarakat pertanian, dan memberikan keterampilan baru untuk beradaptasi dengan era digital.
Pemerintah berkomitmen untuk mendukung pembangunan yang selaras dengan agenda SDGs. Dalam rilis web resmi pemerintah disebutkan bahwa pemerintah mendukung pelaksanaan SDGs yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat. Sejalan dengan tujuan SDGs pada aspek infrastruktur, industri dan inovasi, maka sejumlah pembangunan sarana prasarana menjadi salah satu point pembangunan Indonesia. Pembangunan infrastruktur diharapkan akan menunjang aktivitas ekonomi dan sosial sekaligus mendorong peningkatan ekonomi nasional dan pelayanan dasar bagi masyarakat. Pemerintah mengagendakan sejumlah proyek infrastruktur dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk di dalamnya pembangunan Jalan Tol Jogja-Solo (Tol Joglo). Namun demikian, rencana ini tentu akan berbenturan dengan fungsi lahan sebelumnya termasuk yang dimanfaatkan untuk pertanian. Atas nama pembangunan, selain akan memberikan kemanfaatan namun akan menyisakan masalah bagi masyarakat yang terdampak. Pro dan kontra akan mewarnai proses ini. Kesiapan infrastruktur akan membuat masyarakat menikmati pembangunan, tapi harus disadari bahwa alih fungsi lahan dari lahan-lahan produktif pertanian menjadi pembangunan sarana prasarana akan berdampak pada diri petani.
___Bali, 24 Mei 2024. Alumni Magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan yakni, Diah Fitria Widhiningsih, S.P., M.Sc., berhasil meraih penghargaan sebagai 1st Winner TOP Young Water Sustainability Leaders 2024 dalam kompetisi bertema “Conserving Water Conserving Our Future”. Acara tersebut diselenggarakan disela-sela pelaksanaan acara World Water Forum (WWF). Dalam kompetisi tersebut, Diah berhasil melampaui 1000 peserta lainnya dan menggeser peserta dari Amerika Serikat yang menempati posisi kedua dan Ghana yang menempati posisi ketiga.
Sumber daya manusia yang terbatas tidak menjadi penghalang dalam melaksanakan tugas pembangunan masyarakat. Penggalian potensi masyarakat dan wilayah setempat menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Desa Wisata Menari contohnya. Desa wisata ini memiliki keunikan tersendiri yang jarang dimiliki oleh desa wisata lainnya. Menjadi desa wisata yang berhasil menarik perhatian para pengunjungnya dengan mengangkat konsep konservasi.
Pada hari Sabtu, 25 Mei 2024, Mahasiswa Prodi S2 dan S3 Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, UGM beserta Dosen dan Civitas Akademika lainnya berkesempatan untuk terjun langsung menyapa masyarakat di Desa Wisata Menari. Terletak di lereng Gunung Telomoyo, Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Kesan yang berbeda sangat terasa karena Desa Wisata Menari tidak menyajikan pemandangan atau wahana seperti mass tourism pada umumnya, namun justru memberikan arti kehidupan melalui paket wisata yang telah dikemas sedemikian rupa. Desa wisata yang dikembangkan sejak tahun 2012 ini menyajikan beraneka ragam kesenian lokal, dolanan tradisional, bahkan outbound ndeso yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Tak hanya itu, terdapat juga pasar tiban yang menjajakan hasil olahan masyarakat lokal sebagai bentuk implementasi dari program kewirausahaan yang dirintis di Desa Wisata Menari.
Dewasa ini berbagai inovasi di bidang pertanian sedang marak dilakukan. Mulai dari inovasi pertanian organik dan ramah lingkungan, smart farming, digitalisasi pertanian, dan lain sebagainya. Prodi PKP Pascasarjana UGM menggandeng Sayur Organik Merbabu melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk terus menghasilkan produk pangan yang sehat dan berkualitas. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk membangkitkan semangat dan optimisme dalam pembangunan pertanian.
Pada hari Sabtu, 25 Mei 2024, rombongan dari Prodi PKP UGM mengunjungi Sayur Organik Merbabu (SOM) yang terletak di Jalan Raya Salatiga-Magelang KM 14, Sidomukti, Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sayur Organik Merbabu mengembangkan inovasi pertanian dari pra tanam hingga pasca panen. Inovasi pra tanam dilakukan dengan olah lahan dan menanam tanaman menggunakan sistem pertanian organik sesuai dengan potensi lahan setempat. Pemilihan sistem pertanian organik daripada sistem lainnya didasarkan pada kondisi di lapangan dimana banyak ditemukan petani yang jatuh sakit karena terkena imbas dari residu bahan kimia. Pupuk yang digunakan oleh SOM berasal dari fermentasi kotoran ayam dan sapi, sementara pestisida yang digunakan berasal dari ekstrak tanaman di sekitar lahan. Inovasi lainnya diterapkan untuk kegiatan pasca panen dimana SOM mengembangkan teknologi plasma ozon. Teknologi tersebut dipilih dengan alasan lebih ramah lingkungan dan dapat membantu menstabilkan harga sayuran hasil panen.
Rempah menjadi komoditas perdagangan pada abad 15 Masehi, setelah bangsa Eropa tergiur dengan tingginya harga rempah dipasaran dunia dan mulai tergerak untuk mencari wilayah kepulauan penghasil rempah. Mereka kemudian mencapai wilayah nusantara. Dalam usaha mencari rempah-rempah itu, mereka berinteraksi dan berkompetisi dengan berbagai bangsa di dunia dalam suatu jaringan perdagangan global (Kemendikbud, 2022). Rempah yang diperdagangkan secara internasional dan menjadi primadona Bangsa Eropa sampai sekarang adalah Lada (Piper nigrum L.) disebut sebagai raja dalam kelompok rempah (King of Spices), kegunaan yang sangat khas dan tidak digantikan dengan rempah lain (Pranoto, 2011). Lada adalah salah satu komoditas paling awal yang diperdagangkan antara Timur dan Eropa, pada abad pertengahan (International Pepper Community, 2022). Lada termasuk dalam kategori tanaman rempah yang dapat digunakan baik untuk bumbu masakan maupun untuk bahan pembuatan obat-obatan, serta industri medis dan farmasi juga menggunakannya secara luas (Hakim, 2015; IPC, 2022). Lada berasal dari Indonesia dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama lada hitam (Lampung Black Pepper) dan lada putih (Muntok White Pepper) (Yudiyanto, 2013).
Blended learning merupakan kombinasi dari keunggulan pertemuan secara face-to-face dengan keunggulan dari web-based learning. Tujuan dari blended learning adalah untuk mengintegrasikan keunggulan dari pertemuan secara langsung dengan aktivitas berbasis online (web) yang menyatukan antara diskusi secara langsung dengan fasilitator dan kemandirian belajar. Pada saat pertemuan offline face-to-face secara langsung dapat digunakan sebagai wadah diskusi dengan fasilitator untuk memperdalam pengetahuan melalui interaksi antara fasilitator dengan peserta pelatihan/penyuluhan. Selain itu, pertemuan secara langsung juga dapat memberikan arahan untuk kegiatan secara mandiri yang berbasis pada permasalahan yang ada di lapangan.
Pemanfaatan internet di Indonesia terus mengalami perkembangan dan memiliki potensi yang besar bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan termasuk di bidang pertanian. Melalui internet, petani dapat mencari berbagai macam solusi di bidang pertanian mulai dari sistem budidaya pertanian, penanganan hama dan penyakit tumbuhan, manajemen kesuburan dan kesehatan tanah, penanganan pasca panen, produk olahan pertanian, hingga pemasaran. Selain itu, digitalisasi informasi pertanian juga diperlukan mengingat terbatasnya jumlah penyuluh di Indonesia. Berdasarkan keterbatasan ini, penyuluh tetap harus menjalankan perannya sebagai inisiator, fasilitator, motivator, pengajar, analis, dan agen perubahan. Oleh karena itu, kolaborasi antara penyuluh dengan stake holder pertanian sangat diperlukan untuk meningkatkan digitalisasi penyuluhan. Integrasi antara media digital dengan penyuluhan konvensional secara tatap muka disebut sebagai blended learning. Namun belum semua komunitas dapat mengoptimalkan penggunaan media digital secara penuh termasuk para petani yang identik memiliki usia diatas 50 tahun.
Produksi beras sebagai makanan pokok masyarakat di Indonesia menjadi prioritas utama pemerintah saat ini. Kebutuhan akan beras ini semakin meningkat seiring populasi masyarakat yang terus bertambah. Namun demikian, keberadaan lahan pertanian yang semakin terbatas membuat pemerintah dan petani berusaha untuk melakukan intensifikasi lahan untuk dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat. Intensifikasi lahan yang banyak dilakukan oleh petani yaitu dengan menggunakan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Proyek ini menggunakan uji coba terkontrol secara acak. Hal ini memungkinkan kami untuk menetapkan hubungan sebab-akibat langsung antara pelatihan dan dampaknya. Hanya membandingkan petani organik dengan non-organik dapat menyesatkan karena petani organik mungkin berbeda dalam banyak hal lain (misalnya: pendidikan) dari petani non-organik. Demikian pula, membandingkan petani yang sama sebelum dan setelah pelatihan dapat menyesatkan jika faktor-faktor lain, seperti subsidi, berubah secara bersamaan. Seperti dalam uji coba medis, penugasan secara acak dan sampel yang besar memastikan kelompok perlakuan dan kontrol serupa sebelum pelatihan. Oleh karena itu, setiap perbedaan dalam hasil dapat secara kausal dikaitkan dengan pelatihan, karena semua faktor lain diharapkan berubah dengan cara yang sama untuk kedua kelompok.