Air bersih merupakan sumber kehidupan yang esensial bagi seluruh makhluk hidup tanpa kecuali. Selain air bersih, sanitasi yang layak juga menjadi komponen krusial dalam kehidupan dan tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Kemudahan akses terhadap sumber daya ini tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Menurut Bank Dunia, masih ada sekitar 780 juta orang di seluruh dunia yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan lebih dari 2 milyar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. Terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi menjadi masalah serius yang berdampak besar pada kesehatan. Ketidakcukupan akses tersebut menyebabkan munculnya penyakit menular seperti diare yang jika tidak ditangani dengan baik dapat berujung pada kematian.
Akses terhadap air bersih dan sanitasi memainkan peran penting dari perempuan, terutama pada lingkup komunitas di pedesaan dan daerah yang masih terpencil. Perempuan tidak hanya berperan sebagai pengguna saja, melainkan berperan juga sebagai penyedia dan pengelola sumber daya tersebut. Sebagai pengelola sumber daya air, perempuan sering kali bertanggung jawab atas pengelolaan kebutuhan air rumah tangga, seperti air untuk mandi, air sumur, air minum, dan lain sebagainya. Mereka akan memastikan bahwa kebutuhan akan air bersih bagi keluarganya tercukupi dengan baik. Selain itu, pemeliharaan sistem sanitasi rumah tangga pun juga mereka kerjakan. Sebagai agen pendorong perubahan, perempuan banyak berperan dengan menjadi inisiator dalam kelompoknya, seperti melakukan promosi praktik pengelolaan air yang baik dan sanitasi yang berkelanjutan.
Ketika perempuan diberdayakan dalam pengelolaan sumber daya air dan sanitasinya, sebenarnya dapat membantu mengurangi risiko penyakit yang dapat timbul dan berdampak baik dalam meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan melalui kegiatan produktif yang mereka lakukan. Pemberdayaan perempuan melalui pendidikan dan kesetaraan gender dapat memberikan ruang dan kesempatan bagi perempuan untuk terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan akses terhadap informasi, teknologi, dan penciptaan sistem pengelolaan air yang lebih efektif dan efisien. Meskipun berperan penting, namun seringkali memang masih ditemukan kendala dalam akses dan pengelolaan air bersih serta sanitasinya. Terkadang, adanya diskriminasi gender, kurangnya hak atas tanah, serta norma sosial masih menjadi kendala yang membatasi partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan.
Kesetaraan gender bukan hanya isu keadilan sosial semata saja, tetapi merupakan faktor kunci dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan air bersih dan sanitasi yang layak. Pemberdayaan pada perempuan dapat memastikan partisipasi aktif mereka dalam semua aspek pengelolaan sumber daya air. Tak hanya perempuan saja, kerja sama antar stakeholder sangat diperlukan. Kita tidak hanya ingin meningkatkan kesehatan masyarakat saja, namun juga mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Harapannya dapat tercipta sistem pengelolaan air bersih yang lebih efektif, sanitasi yang layak dan mudah aksesnya, berkelanjutan, serta responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Penulis dan Reviewer: Tim Prodi PKP Pascasarjana UGM