Salah satu mahasiswa magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan Universitas Gadjah Mada, Nabila Qurrota Aini, menjadi pembicara dalam Webinar “Islamic Philanthropy in Indonesia”. Acara tersebut diadakan pada tanggal 10 November 2024 di Vishwaneedam Center for Asian Blossoming and Madras Institute of Development Studies, Chennai. Selain Nabila, terdapat dua narasumber lain, yaitu Syamsul Ardiansyah dari Dompet Dhuafa dan Dr. A. Osman Farah dari Copenhagen University, Denmark. Acara ini dipandu oleh Prof. Ananta Kumar Giri dari Vishwaneedam Center for Asian Blossoming and Madras Institute of Development Studies. Isu mengenai peran filantropi islam terhadap program pembangunan berkelanjutan di Indonesia menjadi topik hangat yang didiskusikan.
Filantropi islam di Indonesia sangat potensial dalam mendukung SDGs. Filantropi islam dapat dikembangkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan pengentasan kemiskinan. Hal itu juga sempat dibahas oleh Nabila dalam papernya yang berjudul “Strategic Alliance and Volunteerism at Dompet Dhuafa Indonesia”. Dalam paper tersebut ditemukan suatu fenomena bahwa lembaga amal Islam memiliki peranan yang penting dalam pembangunan berkelanjutan. Diadakannya berbagai kegiatan sosial yang justru menjadi pemicu adanya pergerakan positif dalam bidang sosial masyarakat dan pembangunan. Hal tersebut selaras untuk mendukung terwujudnya tujuan SDGs pembangunan masyarakat angka panjang.
Pendekatan kolaboratif antara berbagai pihak sangat direkomendasikan agar bisa mencapai tujuan SDGs melalui filantropi. Kerja sama yang dilakukan antara pemerintah, swasta, organisasi/komunitas, serta seluruh lapisan masyarakat akan memperkuat ‘rasa’ dari program filantropi yang akan dilakukan. Program filantropi tidak hanya sebatas memberi bantuan materi kepada orang lain yang membutuhkan, namun juga bisa berupa bantuan non materi seperti pendidikan, pelatihan, dan kolaborasi agar mereka juga belajar menjadi mandiri sehingga tidak terlalu bergantung pada penyedia layanan filantropi jika sudah waktunya berdiri sendiri. Filantropi sosial memerlukan adanya ide kreatif dan inovasi agar lebih maksimal manfaat yang dirasakan.
Dewasa ini, platform digital juga bisa dimanfaatkan untuk membantu memaksimalkan program filantropi. Contohnya dengan menggunakannya untuk penggalangan dana atau pembuatan laporan dan progres kegiatan secara transparan. Disinilah pentingnya melek digital, kolaborasi, dan analisa perencanaan program. Filantropi yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam di Indonesia ternyata cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat. Meskipun tidak bisa dipungkiri tetap ada tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya, namun cukup baik dalam membantu memaksimalkan dampak dari filantropi itu sendiri. Pendekatan yang dilakukan juga bukan sekedar dukungan jangka pendek saja, namun lebih ditujukan pada tujuan jangka panjang yaitu pemberdayaan berkelanjutan. Dapat disimpulkan bahwa filantropi Islam di Indonesia menjadi contoh nyata adanya semangat gotong royong yang berbasis budaya dan agama serta menjadi pilar penting untuk mencapai tujuan SDGs.
Penulis dan Reviewer: Tim Prodi PKP Pascasarjana UGM